
WASHINGTON – Penggunaan baterai jenis lithium-ion yang saat ini biasa digunakan dalam perangkat elektronik mobile diperkirakan banyak mengandung racun berbahaya. Hal itu diungkapkan oleh sejumlah ahli fisika dari Virginia Commonwealth University.
Seperti dikutip Cellular News, Kamis (30/10/2014), peneliti fisika dari universitas negara bagian Virginia, Commonwealth University, menemukan bahwa sebagian besar elektrolit yang digunakan dalam baterai lithium-ion (Li-ion) mengandung halogen beracun.
Namun, peneliti juga mengungkapkan bahwa kandungan elektrolit dalam baterai Li-ion ini bisa diganti dengan elektrolit bebas halogen yang baik dan tidak beracun yang lebih ramah lingkungan.
“Temuan kami memberikan kejelasan bahwa seseorang dapat memiliki baterai perangkat mobile dengan lebih aman tanpa mengorbankan kinerja,” jelas Puru Jena, Ph.D, profesor Departemen Fisika dari College of Humanniora and Science.
Ia juga menjelaskan bahwa implikasi dari penelitian tersebut adalah sebagai strategi yang sama dan dapat digunakan untuk merancang bahan katoda dalam baterai Li-ion. Lalu berharap penelitian yang ditulis dalam artikel Superhalogens as Building Blocks of Halogen-free Electrolytes in Li-ion Batteries dapat diproduksi oleh sejumlah produsen agar lebih aman dan mengurangi pemakaian baterai beracun.
"Kami berharap bahwa prediksi teoritis kami yang dituangkan dalam sebuah artikel tersebut, akan merangsang eksperimentalis untuk mensintesis garam bebas halogen yang kemudian akan menyebabkan produsen untuk menggunakannya pada baterai dalam aplikasi komersial," tuturnya.
Para peneliti juga menemukan bahwa prosedur yang digariskan untuk baterai Li-ion sama berlaku untuk baterai logam-ion lainnya, seperti natrium-ion atau baterai magnesium-ion.